Info Terbaru 2022

Tradisi Kejam Terhadap Perempuan Suku Pedalaman

Tradisi Kejam Terhadap Perempuan Suku Pedalaman
Tradisi Kejam Terhadap Perempuan Suku Pedalaman
Seperti yang kita tahu bahwa sudah semenjak usang Hak Asasi Manusia sangat diagungkan, apalagi jikalau bicara soal hak asasi wanita. Tapi hal tersebut tidak berlaku kepada para perempuan yang hidup di suku pedalaman. Dan konyolnya, fenomena ini bukan hanya ada di jaman kuno saja, di era modern kini pun tradisi nyeleneh ini masih ada yang tetap dipelihara.

Dengan adat istiadat yang dipegang teguh, ada banyak tradisi kejam terhadap wanita yang tinggal di suku pedalaman di seluruh dunia. Jika kau ingin tau bagaimana kejamnya tradisi aneh tersebut, kau sanggup menyimak ulasannya sebagai memberikankut. Oh iya sobat kejadiananeh.com, untuk gambar-gambarnya sengaja tidak saya sertakan lantaran sangat mengerikan melihatnya. Sebagai gantinya, saya memberikankan saja gambar yang ludang keringh rendah kalori :)

10 Tradisi Kejam Terhadap Wanita Suku Pedalaman di Dunia

1. Dikubur dalam Pasir Panas

Untuk tradisi pertama yang kejam terhadap kaum perempuan ada di California bab selatan, yaitu dilakukan oleh suku pedalaman Luiseno. Dalam adat istiadat suku tersebut, para perempuan diharuskan untuk menjalani prosesi menyambut kedewasaan perempuan yaitu dikubur hidup-hidup dalam pasir. Hal tersebut wajib dilakukan ketika seorang perempuan mengalami haid untuk pertama kalinya. 

Apabila seorang gadis telah mendapat haid, hal ini akan disambut senang oleh keluarga dan para tetua suku pun akan mempersiapkan ritual dikubur dalam pasir tersebut. Seperti yang kita tahu bahwa pasir pantai California cukuplah kepanasan sehingga tidak sanggup dalam angan jikalau seseorang harus dikubur di tengah hari. 

Meskipun tersiksa, para perempuan suku tersebut harus gembira alasannya ia akan menjadi perempuan tangguh dan sehabis mendapat wejangan, si gadis dianggap telah cerdik balig cukup akal dan siap untuk menjalani proses ijab kabul atau siap dilamar oleh laki-laki menjadi seorang istri.

2. Berlari ketika Haid

Tradisi aneh ini sanggup ditemui di suku Navajo khususnya suku Indian Apache yang tinggal di Amerika bab utara. Di suku pribumi yang satu ini, para perempuan yang telah haid harus melaksanakan sebuah ritual yang sangat melelahkan bahkan terkesan kejam. 

Bagi para perempuan yang mengalami haid pertama kali, mereka harus berlari dengan menggunakan pakaian tradisional terbuat dari kulit rusa. Sambil menggunakan baju yang berat, selama 4 hari berturut-turut, perempuan tersebut harus berlari ke arah timur dimana matahari terbit.

Dan pada malam harinya yaitu hanya di malam pertama sehabis perempuan tersebut berlari, ia harus duduk dengan posisi selonjor dan harus dilakukan hingga pagi menjelang. Bukan hanya itu saja, esoknya ia diwajibkan untuk menciptakan makanan ringan manis besar terbuat dari tepung jagung. Kue tersebut dibentuk untuk tiruana anggota suku yang mengdatang i program tradisi tersebut.

 Seperti yang kita tahu bahwa sudah semenjak usang Hak Asasi Manusia sangat diagungkan Tradisi Kejam Terhadap Wanita Suku Pedalaman
3. Leher Panjang Simbol Kecantikan Wanita di Myanmar

Makin panjang lehernya berarti makin bagus seorang wanita, ya udah pacarin saja jerapah :) Sahabat kejadiananeh.com, bagi suku kayan di pedalaman Myanmar ada persepsi unik yang berlaku semenjak jaman nenek moyang mereka bahwa kecantikan seorang perempuan terlihat dari seberapa panjang leher mereka. 

Kaprikornus disana ada kudang keringasaan unik yang sering dilakukan, para kaum wanitanya saling berlomba-lomba untuk memanjangkan leher dengan menggunakan gelang. Biasanya perempuan yang menggunakan gelang leher ini sudah memulainya kadab usia mereka menginjak 2 hingga 5 tahun. 

Proses penambahan gelang leher ini dilakukan secara sedikit demi sedikit dan sangat lambat, namun mempunyai jawaban jangka panjang yang merusak tubuh ideal mereka. Gelang leher ini memang memperpanjang leher penggunanya dalam artian sebenarnya. Tulang selangka pemakainya akan ditekan ke bawah, dan pada waktu bersamaan membengkokkan tulang rusuk mereka. 

Kaprikornus bukan leher mereka yang bertambah panjang, melainkan tulang tubuh yang terdorong ke bawah. Sayangnya, sekali dipakai, tidak mungkin gelang leher ini sanggup dicabut. Kalaupun iya, level sakitnya niscaya 77 kali lipat ludang keringh pedih keberat sebelah ditinggal pacar kawin lari hahaha.

4. Kaki Lotus di China (Tiongkok Kuno)

Di masa era ke 10 dan 11 di Tiongkok, mengikat kaki atau yang ludang keringh dikenal dengan istilah Kaki Lotus yaitu menjadi sebuah tren fashion unik sekaligus mengerikan bagi perempuan yang hidup di zaman itu, lantaran mempunyai kaki lotus dianggap melambangkan sifat lembut, sensual dan feminin dari seorang wanita.

Tujuan melaksanakan praktek kaki Lotus yaitu untuk membatasi panjang telapak kaki perempuan menjadi 3 inci. Bagaimana mungkin caranya? Hal ini hanya sanggup dilakukan dengan mematahkan tulang di telapak kaki (meremuk paksa) dan menyusunnya kembali dengan sepatu berukuran pendek. 

Sering kali memasukkan paksa kaki yang sudah patah kedalam sepatu sanggup menjadikan jerawat dan gangguan kesehatan seumur hidup, hingga kematian. Dan membutuhkan ludang keringh dari 6 bulan para perempuan di jaman itu supaya sanggup sembuh dan kembali berjalan usai melaksanakan tradisi unik dan mengerikan tersebut. 

5. Berendam ketika Menstruasi

Selain suku Navajo di Amerika Utara, suku Nootka yang ada di Kepulauan Vancouver juga mempunyai ritual tak kalah kejam dalam memperlakukan kaum perempuan disana. Untuk para perempuan yang gres menstruasi atau dalam bahasa mereka disebut dengan menarche, mereka harus menjalani sebuah tradisi yang tidak lazim lantaran tetua suku akan membawa mereka ke maritim kemudian meninggalkan mereka sendirian disana.

Di maritim tersebut, perempuan yang sedang haid harus berendam buka-bukaan total selama beberapa hari. Hal ini dilakukan untuk menguji kekuatan perempuan tersebut. Mungkin tujuan ritual ini ialah untuk menciptakan perempuan tersebut sanggup menahan rasa sakit ketika melahirkan nanti. 

Akan tetapi, apa pun alasannya, di selesai ritual banyak perempuan yang melaksanakan hal tersebut tidak besar lengan berkuasa untuk bangkit lantaran kelelahan dan ketika itulah anggota suku akan bersorak gembira, lantaran menganggap perempuan tersebut telah berhasil melewati ritual kedewasaan.

6. Khitan Perempuan

Jika khitan banyak dilakukan untuk kau pria, hal ini akan berbeda di suku Sabiny, Uganda. Dalam suku tersebut, kewajiban untuk khitan justru untuk para wanitanya. Para perempuan suku tersebut harus melaksanakan khitan jikalau mereka ingin dianggap telah dewasa. 

Ritual khitan ini pun cukup sadis alasannya bab klitorisasi perempuan akan disayat bahkan dipotong seluruhnya dengan menggunakan silet. Yang paling parah ketika menjalankan ritual khitan para perempuan tersebut dikhitan tanpa menggunakan obat bius sama sekali. Bisa kau bayangkan bagaimana rasa sakit yang harus mereka lewati. Ingin mencoba? 

Menurut tradisi dalam suku Sabiny, hal ini dilakukan dengan tujuan supaya perempuan tersebut setia dengan pasangannya kelak lantaran hasrat hooh hooh si perempuan telah berkurang. 

Bukan hanya di suku Sabiny saja, ritual khitan perempuan ini pun terjadi di suku Afrika dan Asia lainnya termasuk juga di Indonesia, tapi bedanya di negeri kita sendiri dilakukan oleh Dokter dan sudah menggunakan obat bius beserta obat-obatan sehingga terjamin kesehatannya

7. Penyayatan Perut

Ada juga ritual kejam lain yang tak kalah sadis dan harus dijalani oleh perempuan di etnis Tiv, Nigeria. Para perempuan etnis ini yang gres saja mendapat haid diwajibkan untuk lakukan sebuah ritual yang menyakitkan. Perut mereka harus disayat sebagai tanda bahwa mereka telah menjadi perempuan dewasa. 

Penyayatan yang dilakukan pun tidak menggunakan obat bius sehingga para perempuan harus menahan rasa sakit yang luar biasa. Sayatan yang dilakukan pun tidak hanya sekali tapi berkali-kali. 

Setidaknya, minimal para perempuan harus mempunyai empat sayatan sehingga ia dinyatakan akan mendapat jodoh yang baik. Dan tak kalah anehnya, berdasarkan kepercayaan etnis Tiv, ritual ini sanggup menciptakan kelebat dan menyuburkanan si perempuan akan makin baik jikalau ia berumah tangga nanti. Apa hubungannya coba, errr..

8. Setrika Dada

Tradisi sadis terhadap perempuan juga terjadi di negara Kamerun. Negara bab Afrika Barat ini melaksanakan sebuah tradisi setrika dada untuk para perempuan yang sedang alami pubertas. Setrika dada yang dilakukan ini sangatlah menyakitkan lantaran ibu dari si gadis akan menyetrika dada ayam anak gadisnya sendiri yang rata-rata masih berusia 9 hingga 10 tahun dengan menggunakan kayu, logam, kerikil atau palu yang telah dikepanasankan. 

Tanpa didampingi dengan tindakan medis yang memadai, ritual ini tentu saja akan sangat menyakitkan. Banyak para ibu yang hidup di pedalaman Kamerun percaya jikalau hal ini harus dilakukan supaya anak gadis yang sedang pubertas tidak akan mendapat pelecehan hooh hooh alasannya dada mereka rata dan menciptakan kaum laki-laki tertarik untuk menarik hati mereka. 

Menurut data statistik dunia UNFPA, ada 24 persen perempuan Kamerun yang mendapat perlakuan ini dan tak jarang dari mereka mengalami banyak sekali duduk perkara kesehatan menyerupai infeksi, kista, peradangan luka dan duduk perkara penyakit lainnya. Karena berbahaya dan dianggap melanggar hak asasi wanita, banyak pihak yang menginginkan ritual ini dihapus.

 Seperti yang kita tahu bahwa sudah semenjak usang Hak Asasi Manusia sangat diagungkan Tradisi Kejam Terhadap Wanita Suku Pedalaman
9. Dibakar dan Digigit Semut Beracun, Suriname

Di kawasan Suriname khususnya di suku Carib, ada ritual untuk para wanitanya yang sangat menyakitkan. Wanita yang sedang mengalami pubertas harus menjalani ritual yang sangat menyakitkan, bahkan dua ritual sekaligus. Yang pertama mereka harus memegang kapas yang telah dibakar hingga tangan mereka melepuh. 

Bukan hanya itu saja, sehabis ritual tersebut, para perempuan juga harus menggunakan kain epilog yang dipenuhi dengan tiruant beracun. Tentu saja, hal tersebut akan sangat menyakitkan. Gak percaya? Coba aja sendiri :)

10. Diasingkan selama 3 bulan, Suku Ngoni Malawi

Di suku pedalaman Ngoni, Malawi, ada sebuah ritual yang harus dilakukan untuk para gadis danterbilang tidak kalah sadis dengan ritual diatas. Dalam pemikiran yang diwariskan oleh leluhur suku mereka, perempuan yang mengalami pubertas harus melaksanakan ritual tersebut supaya dianggap telah menjadi seorang perempuan dewasa. 

Pertama, mereka harus diasingkan selama 3 bulan di kawasan yang sangat terpencil. Sebelumnya, tubuh dan wajah si gadis akan dipulas dengan tepung putih. Hal ini dilakukan sebagai tanda bahwa gadis itu akan terpisah dari masyarakat suku. Kemudian, mereka juga harus duduk buka-bukaan polos tanpa pakaian sama sekali di sungai dalam waktu yang tidak ditentukan. 

Hanya tetua perempuan suku tersebut saja yang akan tentukan. Jika si gadis dianggap telah dinyatakan cerdik balig cukup akal sepenuhnya oleh tetua perempuan suku Ngoni tersebut, maka ia gres boleh keluar dari sungai dan melaksanakan acara menyerupai biasa.

Advertisement

Iklan Sidebar