Info Terbaru 2022

Kisah Kutukan Makam Keramat Han Wee Sing Di Lasem

Kisah Kutukan Makam Keramat Han Wee Sing Di Lasem
Kisah Kutukan Makam Keramat Han Wee Sing Di Lasem
Makam keramat Han Wee Sing atau dikenal juga namanya sebagai Han du Chun dan Han Siong Kong yang berada di Desa Babagan Lasem, Rembang-Jawa Tengah yaitu sebuah kuburan kuno dari tokoh masyarakat Cina (Tionghoa) dikenal di masa lalu.

Tempat ini memang menjadi magnet tersendiri yang selalu di datangi para wisatawan ketika berkunjung ke Lasem. Namun dibalik keberadaan tempat menarik ini ada sebuah legenda kutukan infinit Han Wee Sing yang hingga kini masih dipercaya meskipun sudah berabad-abad lamanya.

Alih-alih berkata siapapun orang yang masih keturunan (marga Han) dari keluarga Han Wee Sing, kalau berani menetap di Lasem bagi pria akan mengalami kebangkrutan, sedangkan perempuan tak akan sanggup mempunyai keturunan. 

Sempat peringatan ini dianggap hanya sebuah mitos oleh generasi keturunannya, Yang berusaha melanggar pantangan tersebut yaitu Han Bing Cuan. Keturunan keluarga Han yang pernah tinggal di Lasem hingga akibatnya ia menemui kesialan. Usaha es nya yang sempat besar tiba-tiba mengalami kebangkrutan mendadak. 

Berbeda dengan  nasib keturunan Han lainnya yang membuatkan bisnis di luar kota Lasem, dan tidak pernah tinggal disana. Umumnya mereka kaya raya dan bisnis mereka berkembang pesat menguasai banyak sekali kota dan negara-negara di dunia.

Begitu menakutkannya kutukan ini hingga keturunan Han tak berani melintasi Lasem baik melalui transportasi darat maupun lintas udara. Siapakah Han Wee Sing? dan apa yang mengakibatkan ia hingga mengutuk seluruh keturunannnya. 

Sahabat kejadiananeh.com diberikut kisah sekomplitnya yang saya kutip dari artikel Agni Malagina, pemerhati budaya Cina FIB-UI via nationalgeographic.co.id yang berjudul Sebuah Kutukan yang Menghidupkan Lasem.

 Makam keramat Han Wee Sing atau dikenal juga namanya sebagai Han du Chun dan Han Siong Ko Kisah Kutukan Makam keramat Han Wee Sing di Lasem
Ilustrasi
Dikisahkan dalam dongeng legenda perihal riwayat kehidupan Han Wee Sing semasa ia hidup dulu. Bahwa ia yaitu seorang saudagar kaya raya yang dikenal giat dan pekerja keras.

Meskipun ia mempunyai harta kekayaan berludang keringh dimasa hidupnya, ia sangat bahagia membantu dan menolong orang-orang lain disekitarnya. Dan Han Wee Sing pun tak suka menghamburkan kekayaannya di meja judi atau untuk sekedar jual beli candu.

Sayangnya abjad baik dari Han Wee Sing tak menurun kepada kedua anak laki-lakinya yakni Han Te Su dan Han Te Ngo (anak Han Wee Sing seluruhnya berjumlah 5 orang). Mereka dikenal sebagai perjaka yang gemar berjudi hingga kelakuan jelek mereka menciptakan harta kekayaan Han Wee Sing ludes dan jatuh miskin.

Mirisnya, tak hanya menciptakan ayahnya menderita di masa hidup. Kadab ia meninggal pun, uang hasil derma para pelayat dibentuk foya-foya oleh mereka untuk beradu dadu diatas meja judi. Sampai menciptakan pemakaman ayahnya tak kunjung terlaksana.

Suatu hari mereka membungkus mayit sang ayah dan bermaksud untuk menguburkannya dengan pemakaman sangat 'sederhana'. 

Namun dalam perjalanan menuju tempat makam, Han Te Su dan Han Te Ngo beserta para rombongan yang membawa mayit terjebak cuaca mendung. Dan tiba-tiba hujan deras pun turun disertai gemuruh petir. 

Emang dasar kelakuan anak durhaka, tanpa tedeng aling-aling mereka pun meninggalkan jasad ayahnya begitu saja di tanah. 

Sementara mereka sendiri mencari tempat untuk berteduh. Tak usang berselang keganjilan pun terjadi, peti mati terkubur secara misterius dan mengeluarkan bunyi keras yang mengutuk bahwa keturunan Han dihentikan tinggal lagi di Lasem untuk selama-lamanya. 

Bila berani melanggar mereka akan jatuh miskin dan keturunan perempuannya akan mengalami kemandulan. Mendengar bunyi misterius tersebut, terkejutlah kedua anaknya Han Te Su dan Han Te Ngo, mereka pun berlari ketakutan meninggalkan desa Lasem.

Dimasa kini, diketahui para keturunan keluarga Han banyak menetap di beberapa kota besar, terutama Surabaya. Seperti rumah debu keluarga Han di Surabaya yang memang mereka berasal dari kawasan Lasem.

 Makam keramat Han Wee Sing atau dikenal juga namanya sebagai Han du Chun dan Han Siong Ko Kisah Kutukan Makam keramat Han Wee Sing di Lasem
Ilustrasi
Sejarah perihal Han Wee Sing/ Han De Chun/ Han Sion Kong di Lasem

Menurut keterangan watu nisan di Makam Han Wee Sing, tertulis bahwa ia berjulukan Han Du Chun dan dikenal juga dengan panggilan Han Sion Kong. Sebuah isu menceritakan perihal riwayat hidupnya ketika pendirian nisan pertama pada tahun 33 masa pemerintahan Kaisar Qian Long (1735-1796) sang pemimpin Dinasti Qing tepatnya di era tahun 1768.

Dijelaskan bahwa Han De Chun (Han Wee Sing) berasal dari Tian Bao (Fujian) dan pada ketika peletakan watu nisan di makamnya ia diketahui mempunyai lima orang anak ketiruananya laki-laki, belasan cucu dan 3 orang buyut.

Sedangkan versi dongeng Claudine Salmon dalam jurnal dokumentasinya yang berjudul The Han Family of East Java Entrepreuneurship and Politics (18th-19th Century) pada tahun 1991 lalu. Menceritakan asal-usul keberadaan keturunan keluarga Han yang didapati berada di Pulau Jawa hingga ke Tianbo, Zhangzhou-Fujian, tempat nenek moyang marga Han berasal. 

Didapatinya rumah keluarga Han Siong Kong terletak di kawasan Ximenzhai, Tianbao-Fujian. Dan Han Siong Kong (Han Wee Sing) sendiri lahir di Han Siong Kong lahir di Lubianshe, Tianbao, pada tahun 1673.
Versi lain legenda kutukan infinit keluarga Han Wee Sing juga diceritakan berdasarkan Salmon. Menurutnya ketika ia membaca papan arwah di Rumah Abu keluarga Han yang berada di Surabaya. Han Wee Sing lahir di Lubianshe, Tianbao tahun 1673 dan tinggal menetap di Lasem hingga meninggal dunia di Rajegwesi (sekarang dikenal sebagai Bojonegoro) pada tahun 1743. 

Cerita berlanjut ketika Salmon menggali tradisi ekspresi lokal yang menjelaskan bahwa pada ketika terjadinya pemakaman Han Wee Sing, terjadi hujan lebat yang disertai petir hebat. 

Peti mati Han Wee Sing dibiarkan begitu saja teronggok di jalanan, alasannya yaitu para pengantar jenasah lari berhamburan untuk mencari tempat berteduh dari derasnya hujan. Cerita berlanjut dengan terkuburnya peti mati tersebut secara misterius.

Konon, arwah Han Siong Kong mengutuk keturunannya alasannya yaitu tidak berbakti dengan menelantarkannya di jalanan. 

Sejak ketika itu, keturunan Han dipercaya meninggalkan Lasem. Namun ternyata Han Tjoe Kong dan Han Kien Kong, dua anak lelaki tertua Han Siong Kong, menentukan tetap tinggal di Lasem. Sementara Han Bwee Kong menuju Surabaya dan menjadi Kapitan Cina.

Seorang anak Han yang berjulukan Han Tjien Kong beragama Islam, mempunyai nama Soero Pernollo dan menetap di Besuki. Demikian pula Han Hien Kong yang turut bermukim di Besuki. Sedangkan kedua putri Han Siong Kong yaitu Pien Nio dan Poen Nio tidak diceritakan ludang keringh lanjut keberadaannya.

Menurut catatan keluarga Han di Surabaya, kelima anak Han Siong Kong lahir di Lasem. Namun anehnya tidak terdapat papan arwah sang ibunda di Rumah Abu Keluarga Han, Surabaya. Kemungkinan terbesar diduga istri dari Han Siong Kong yaitu seorang perempuan asal Lasem orisinil dan bukanlah keturunan Cina.

Sahabat kejadiananeh.com terlepas dari kebenaran atau tidaknya perihal kisah Han Wee Sing yang konon, kutukan infinit tersebut masih terus menghantui para generasi keturunannnya hingga ketika ini. 

Kita harus mengakui bahwa keberadaan makam Han Wee Sing turut membantu pendapatan pariwisata khususnya di Lasem. Dan tempat tersebut juga pantas untuk kita jaga dan lestarikan sebagai salah satu cagar budaya nasional pujian Indonesia.

Advertisement

Iklan Sidebar